Translate

Kamis, 12 Juli 2012

FASILITAS PENUNJANG KAWASAN PERKULIAHAN


Studi Kasus: Kegiatan Wilayah Sekitar Jalan Depan STTN Hingga Sungai Belakang Bumi Perkemahan Babarsari

Penulis : Theo Rifai / 100113451
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta



ABSTRAK

The development of an area can encourage public response in the region due to theincreasing needs of business opportunities or communities that occupy the region. This occurred in the region around STTN. Along with the times and the demands of a stateencourages communities to create a support facility in the region. An outline of its kind to be supporting facilities that provide space, services, and products are expected to meet daily needs.
It is interesting the author to make observations on the region to determine whether the place has supporting facilities that meet the needs. Moreover, the authors also find the formof activity that occurred in the territory of STTN particularly on elements supporting facilities.

Keywords: STTN, support public, Responsive of  people, shape of support public, public needs.


1.    PENDAHULUAN
            1.1. Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi perkembangan lingkungan suatu kota. Pada umumnya perkembangan dan pertumbuhan suatu kota terjadi karena adanya proses urbanisasi, yaitu masuknya penduduk dari luar kota kedalam lingkungan kota serta jumlah kelahiran yang begitu pesat. Terjadinya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi proses pembangunan dan perkembangan aktivitas suatu wilayah serta meningkatnya kebutuhan akan ruang/lahan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk kota maka menuntut pula penyediaan kebutuhan hidup baik kebutuhan yang bersifat fisik seperti perumahan, sarana dan prasarana, maupun bersifat non fisik seperti pendidikan, ekonomi, dan rekreasi.
Perkembangan suatu daerah tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan masa yang akan datang (Lynch,1992:254). Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi, perkembangan kota juga berjalan sesuai dengan kebutuhannya yang makin berkembang. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap sikap dan perilaku penduduk masyarakat kota selaku pengguna lahan kawasan perkotaan. Dengan demikian terjadi adanya perubahan bentuk keragaman kegiatan penduduk serta pemanfaatan kawasan di lingkungan kawasan yang mereka diami. Salah satu perkembangan yang dapat diamati adalah pesatnya perkembangan ekonomi di daerah STTN yang dapat menimbulkan dampak yang begitu luas di semua aspek.
Dampak perkembangan ekonomi tersebut antara lain pertumbuhan jumlah fasililitas penunjang. Tingkat pertumbuhan jumlah bangunan atau fasilitas dari tahun ke tahun mengakibatkan peningkatan kebutuhan.  Menjamurnya pembangunan tempat-tempat komersial juga merupakan dampak dari berkembangnya kehidupan ekonomi yang berlangsung di masyarakat. Bangunan komersial seperti pusat pertokoan, toko serba ada (swalayan), ruko, dan perkantoran biasanya diikuti oleh kehadiran sektor informal (pedagang kaki lima). Aktivitas PKL sebagai aktivitas pendukung (activity support)  suatu kawasan komersial merupakan salah satu dari delapan elemen-elemen perancangan kota.
Wilayah STTN (sekolah Tinggi Teknologi Nasional) tidak luput dari masalah kependudukan. Sebagai kawasan perkuliahan, arus urbanisasi di wilayah STTN tergolong cukup tinggi. Pertambahan penduduk dan aktivitas masyarakat daerah tersebut tidak didukung dengan ketersediaan lahan yang memadai di wilayah tersebut. Jumlah penduduk yang lumayan padat mapir melampaui daya dukung wilayah dalam menyediakan fasilitas yang layak bagi penduduknya sehingga menuntut penyedian fasilitas yang dapat memberikan pelayanan serta penyebaran fasilitas yang merata dalam mendukung aktivfitas penduduk. Fasilitas tersebut tentu berada di lingkungan permukiman yang mendukung aktivitasnya secara efektif dan efisien. 
Berdasarkan pengamatan daerah tersebut banyak dijadikan area pemukiman warga pribumi dan pendatang serta pusat bisnis beberapa kegiatan penunjang seperti wanet, burjo, laundry, dsb. Hal ini merupakan respon dari masyarakat yang melihat peluang bisnis karena sebagai daerah perkuliahan wilayah STTN berfungsi menampung penduduk dari luar daerah yang bersifat tetap atau sementara dari pusat Kota Yogyakarta.perkembangan STTN yang cukup pesat mendorong masyarakat berinisiatif membuat fasilitas yang bisa digunakan oleh masyarakat kawasan STTN umumnya dan mahasiswa STTN pada khususnya.
Selain itu secara geografis wilayah STTN adalah pintu masuk Bumi perkemahan dan beberapa perumahan babarsari dari arah selatan, sehingga keberadaannya merupakan pintu gerbang bagi beberapa area publik dan residensial dan efek yang timbul akibat pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan persebaran fasilitas wilayah, cenderung mengindikasikan adanya pemusatan aktivitas di beberapa kawasan, sehingga tingkat kelengkapan fasilitas hanya terdapat pada kawasan  tertentu saja. Untuk kelengkapan jumlah fasilitas penunjang dapat dilihat di tabel berikut.


1.2. Perumusan Masalah
 Berdasarkan pengamatan secara umum, keberadaan fasilitas utama wilayah di STTN masih memusat di sekitar areal kampus. Semakin keluar wilayah atau semakin dekat ke perbatasan, ketersediaan fasilitas semakin berkurang. Sementara itu, kebutuhan terhadap fasilitas penunjang yang belum terlayani dengan baik berdampak pada perkembangan wilayah STTN tersendiri. Pemusatan fasilitas sangat mempengaruhi tingkat pelayanan terhadap suatu kawasan kerena daerah  yang memiliki fasilitas lengkap dapat melayani kebutuhan penduduknya dengan baik tetepi sebaliknya kawasan yang memiliki fasilitas yang kurang lengkap tidak dapat melayani kebutuhan penduduknya dengan baik sehingga penduduk yang ada pada daerah tersebut harus mencari keluar daerah yang memiliki tingkat fasilitas sangat lengkap demi memenuhi kebutuhan akan fasilitas yang diperlukan.
Berdasarkan permasalahan tersebut muncul permasalahan yang menarik diantaranya:
1.    Apakah fasilitas penunjang di STTN mampu mencukupi kebutuhan dari semua yang ada di wilayah tersebut?
2.    Seberapa besar kemampuan wilayah dalam mencukupi kebutuhan?
3.    Apa bentuk dan pergerakan dari fasilitas penunjang di wilayah tesebut?

1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk melakukan Identifikasi kebutuhan dan kenyamanan dari  fasilitas penunjang Permukiman di wilayah STTN berdasarkan proyeksi penduduk dan analisis Kesesuain lahan.

1.3.2. Sasaran
Sasaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah:
·         Analisis kebutuhan dan lokasi fasilitas penunjang di wilayah STTN
·         Memberikan arahan kebutuhan dan lokasi fasilitas penunjang
permukiman  STTN.


1.4. Ruang Lingkup  
Ruang lingkup wilayah studi meliputi seluruh wilayah yang terletak di wilayah STTN dengan batas-batas administratif sebagai berikut:
·          Sebelah Utara            : Sungai
·          Sebelah Timur             : Pemukiman Penduduk
·          Sebelah Selatan         : Jalan Babarsari
·          Sebelah Barat            : Kebun



        




Peta Fasilitas Penunjang

2.    KAJIAN PUSTAKA
2.1. Elemen Rancangan Kota
Perencanaan suatu perkotaan tidak dapat berdiri sendiri. Bagaimana merancangnya harus memperhatikan elemen-elemen rancang kota yang lainnya agar tercipta keharmonisan sistem rancangkota (urban design). Bersama ini dikemukakan elemen rancang kota secara singkat, guna menyegarkan kembali materi perancangan kota dan kawasan secara umum.  Urban design berkepentingan dengan proses perwujudan ruang kota yang berkualitas tinggi dilihat dari kemampuan ruang tersebut di dalam membentuk pola hidup masyarakat urban yang sehat. Untuk itu maka unsur-unsur arsitektur kota yang berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang yang dimaksud harus diarahkan serta dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan. Unsur-unsur di atas, biasa juga dikenal dengan istilah elemen rancang kota.  Shirvani (1985),mengklasifikasikan elemen  urban design dalam delapan kategori, salah satunya adalah Pendukung Kegiatan (Activity Support). Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatannya. Penciptaan kegiatan pendukung aktifitas tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga harus mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat perkantoran, perpustakaan dan sebagainya.


2.2. Teori Aktivitas Pendukung
2.2.1 Definisi Aktivitas Penunjang
Kota merupakan suatu ruang atau wadah yang di dalamnya terkait dengan manusia dan kehidupannya. Kota akan terus berkembang dan seiring dengan perkembangan pada suatu kawasan akan menarik tumbuhnya aktivitas-aktivitas yang mendukung perkembangan kawasan tersebut yaitu elemen aktivitas pendukung. Menurut Shirvani (1985) aktivitas pendukung termasuk di dalamnya semua fungsi dan kegiatan yang memperkuat ruang-ruang publik kota, antara aktivitas dan ruang fisik selalu saling melengkapi. Bentuk, lokasi, dan karakter suatu tempat spesifik akan menarik  munculnya fungsi, penggunaan ruang dan aktivitas yang spesifik pula. Sebaliknya suatu kegiatan cenderung memperhatikan lokasi yang layak dan baik untuk mendukung kegiatan itu
sendiri. Dalam hubungannya dengan perancangan kota, aktivitas pendukung ini berarti suatu elemen kota yang mendukung dua atau lebih pusat kegiatan umum yang berada di kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi pelayanan yang cukup besar. 
Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plaza tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas. Karakteristik suatu ruang publik akan terbentuk karena adanya aktivitas-aktivitas yang tumbuh dan berkembang sehingga memperkuat image ruang publik tersebut Lynch (1969). 

2.2.2 Fungsi Aktivitas Penunjang
Menurut Shirvani aktivitas pada sebuah kota akan muncul pada area-area publik seperti square dan jalan. Jalan yang merupakan penghubung antar bagian dalam sebuah kota memiliki potensi untuk munculnya fungsi dan aktivitas lain. Aktivitas komersil tersebut menjadi generator yang dapat menghidupkan ruang publik. Adapun fungsi utama aktivitas pendukung adalah menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum dan menggerakkan fungsi kegiatan utama kota menjadi lebih hidup, menerus, dan ramai (Wilkipedia, 2002). Tujuannya adalah untuk menciptakan kehidupan kota yang sempurna / lebih baik yang dengan mudah mengakomodasikan kebutuhan atau barang keperluan sehari-hari kepada masyarakat kota, disamping memberikan pengalaman-pengalaman yang memperkaya pemakai (urban experience) dan memberikan peluang bagi tumbuh berkembangnya budaya urban melalui lingkungan binaan yang baik dan bersifat mendidik.

2.2.3 Bentuk Aktivitas Penunjang
Bentuk aktivitas pendukung yaitu :  
Ruang terbuka, bentuk fisiknya dapat berupa taman rekreasi, taman kota, plaza-plaza,taman budaya, kawasan pedagang kaki lima, jalur pedestrian, kumpulan pedagang makanan kecil, penjual barang-barang seni / antik atau merupakan kelompok hiburan tradisional/lokal.
Bangunan diperuntukkan bagi kepentingan umum/ruang tertutup adalah kelompok pertokoan eceran (grosir), pusat pemerintahan, pusat jasa dan kantor, department store, perpustakaan umum, dsb.

3.    METODE PENELITIAN
            3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian mengacu pada jenis penelitian dengan maksud untuk mengetahui  bentuk dasar aktivitas pendukung di kawasan STTN, maka metodologi yang digunakan adalah metode pengumpulan data, pengamatan atau observasi, dan metode survei yang terdiri dari pertanyaan wawancara atau pertanyaan lisan terhadap pengguna atau penghuni Wilayah STTN dan dokumentasi.
Secara etimologis kata observasi berarti mengamati dengan teliti (Pusat Bahasa, Depdiknas, 2001:794). Sedangkan secara terminologis observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis (Arikunto, 2002:225). Objek yang diobservasi adalah data visual yang dapat diamati secara langsung. Dalam penelitian ini objek visualnya adalah sirkulasi/ pergerakan di kawasan tersebut.
Data observasi ini merupakan bagian yang terpenting dalam penelitian ini karena penelitian ini memfokuskan pada pengamatan objek-objek visual sirkulasi di kawasan STTN sebagai data utama. Untuk memperoleh data kepadatan sirkulasi, penulis menggunakan  check list untuk menghitung jumlah dan jenis kendaraan yang lewat di bagian penggal jalan kawasan penelitian pada jam-jam tertentu.
Dasar pemilihan waktu dan pengamatan lapangan dalam proses penelitian ini dipertimbangkan bisa mewakili keadaan yang terjadi di kawasan yang diharapkan memperlihatkan perubahan signifikan atas dinamika aktivitas dan kapasitas pengguna yang maksimal. Katagorisasi hari yaitu hari biasa atau hari kerja dan hari libur. Sedangkan waktu pengamatan dibagi menjadi:

Hari Senin          Hari Kerja        Jam 09.00       1 kali pengamatan
Hari Rabu          Hari Kerja        Jam 13.00       1 kali pengamatan
Hari Minggu       Hari Libur        Jam 10.00       1 kali pengamatan
 Dipilihnya hari tersebut karena adanya perubahan aktivitas dan untuk mewakili rentang waktu dari pagi hingga malam hari, supaya dapat diketahui perubahan volume sirkulasi.
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2003:113). Dalam penelitian ini data-data wawancara merupakan data sekunder yang berupa pendapat pengelola parkir, petugas parkir dan sebagian pengguna jalan tentang kesulitan dalam kelancaran sirkulasi dan kendala dan kenyamanan dalam menemukan tempat parkir.





3.2.  Rancangan Penelitian
            Rancangan penelitian ini digunakan untuk memfokuskan dan mempermudah jalannya penelitian yang akan dilakukan. Rancangan penelitian ini mencakup beberapa tahapan dan langkah-langkah penelitian yang dipersiapkan, yaitu:

a.    Tahap Persiapan Penelitian.Tahap ini terdiri dari :
1.    Melakukan survei awal pada obyek penelitian
2.    Pengamatan dan identifikasi obyek penelitian
3.    Persiapan alat dan instrumen penelitian
4.    Melakukan wawancara kepada beberapa responden yang menggunakan atau penyedia fasilitas penunjang seperti pedagang kaki lima, pengguna jalan, penduduk sekitar yang dilakukan secara acak untuk melengkapi data yang ada di lapangan

b.    Tahap Pelaksanaan Penelitian
            Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1.    Survei atau pengamatan ke obyek penelitian, dengan pemetaan guna lahan untuk memperoleh validitas data di lapangan
2.    Menganalisa data dengan kajian pustaka dan teori seperti teori Shirvani yang telah disusun
3.    Penyusunan pembahasan dari analisa yang ada

c.    Tahap Pemrosesan:
Karena metode penelitian menggunakan  penelitian yang didasarkan pada cara berpikir rasional yang lebih bersifat eksplorasi (bukan pembuktian) dengan menggunakan teori sebagai alat bantu untuk menganalisa, maka kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1.    Mengidentifikasi data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dideskripsikan
2.    Melakukan pembahasan data dan analisa yang disesuaikan dengan kajian teori
3.    Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi jika ternyata ada yang dibutuhkan
4.    Penyusunan laporan penelitian

Persiapan Penelitian
 

Survey Awal Lokasi
Pengamatan Lokasi
Persiapan Alat
Pengumpulan data
Pelaksanaan Penelitian
Pemetaan Wilayah
Analisa Data
Penyusunan Data
Pemprosesan Data
Identifikasi Data
Pembahasan Data
Penarikan Kesimpulan
Penyusunan
 
















Bagan Metode Penelitian

3.3.  Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah berada pada koridor Jalan depan STTN Babarsari hingga Sungai Belakang Buper Babarsari. Kemudian dibagi menjadi 2 segmen yaitu :
Segmen I  : Sebelah barat jalan
Segmen II : Sebelah timur jalan.


4.    HASIL DAN ANALISA
Seperti halnya dalam penyedian fasilitas pendukung permukiman di wilayah STTN yang belum terlayani dengan baik karena kapasitas pelayanan fasilitas yang tersedia tidak sesuai dengan beban pelayanan yang semakin bertambah serta lokasi yang tidak sesuai dengan fungsi pada kawasannya.
Kelengkapan fasilitas sebanyak 21 dengan 95 rumah dan perumahan dan kost-kosan 140 buah tetapi dengan kelengkapan fasilitas tersebut belum dapat melayani penduduknya secara keseluruhan berdasarkan jumlah masing-masing fasilitas, sehingga masih membutuhkan penambahan pada masing-masing fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan jumlah penduduknya. Hal ini merupakan respon dari masyarakat atas perkembangan wilayah tersebut.


Setengah dari responden mengatakan membuat usaha seperti warnet, laundry, kost-kosan berdasarkan perkembangan wilayah tersebut tanpa perencanaan demi memenuhi tuntutan kebutuhan. Hal ini tentu saja mengubah fungsi utama suatu bangunan atau tempat menjadi fungsi lain

Gambar 1
Perletakan fasilitas penunjang yang memakai  area pejalan kaki menjadi tempat berjualan

Berdasarkan peta persebaran fasilitas penunjang dapat dilhat bahwa sebagian wilayah belum dapat menyediakan fasilitas yang cukup dan  belum tersebar merata sesuai dengan jumlah penduduk pendukungnya, sehingga secara tidak langsung penduduk tersebut mencari keluar pada daerah yang memiliki kelengkapan fasilitas yang lengkap dan mempu melayani penduduk pada daerahnya sendiri maupun daerah






                                                              gambar 2                                                            gambar 3                          
wilayah bagian dalam yang                                  Wilayah Sekitar
jaraknya cukup jauh dari STTN

sekitarnya.
Bentuk dasar dari Wilayah Jalan STTN adalah koridor, yang merupakan ruang pergerakan linear, sebagai sarana untuk sirkulasi. Karakteristiknya ditentukan oleh bangunan yang melingkupinya dan aktifitas yang ada pada koridor tersebut. Koridor sebagai ruang pergerakan, memiliki 2 pengaruh langsung pada kualitas lingkungan, yaitu kelangsungan aktivitas komersial dan kualitas visual yang kuat terhadap struktur dan bentuk fisik kota. Elemen sirkulasi urban design merupakan peralatan yang bermanfaat dalam menyusun lingkungan kota karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengontrol pola aktifitas dan pengembangan suatu kota (Shirvani, 1985).

5.    KESIMPULAN
      Berdasarkan observasi dan pengkajian yang menggunakan dasar milik Shirvani menunjukan bahwa:
·       Wilayah STTN tentang fasilitas penunjang belum memadahi seluruh kebutuhan lingkungan.
·       Penyedian fasilitas penunjang merupakan respon dari masyarakat atas perkembangan daerah atau wilayah STTN.
·       Bentuk dari tata wilayah STTN adalah memusat pada area kampus STTN dan pada area perbatasan yang jauh dari akses utama masih kurang

Saran:
      Dengan adanya studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengetahui jumlah kebutuhan dan lokasi fasilitas penunjang permukiman di wilayah STTN. Pada saat ini dan masa yang akan datang mengingat keterbatasan lahan dan tuntutan mobilitas penduduk perkotaan yang semakin dinamis maka pemerintah daerah dapat memprediksi kebutuhan fasilitas penunjang permukiman serta mengeluarkan kebijakan-kebijakan antisipatif mengenai pembangunan kota, kependudukan dan masalah perumahan dan permukiman serta penyedian fasilitas pendukung di dalamnya.

6.    UCAPAN TERIMA KASIH
   Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah atas rahmatnya penulisan ini dapat terselesaikan. Penulis juga tidak lupa atas ucapan terima kasihnya kepada beberapa pihak kepada Kak Ano dan anak-anak Planologi STTN atas informasinya mengenai Public Support, PKL dan pemilik usaha yang sudah bersedia dimintai informasi, teman-teman kelas B PKID atas pinjaman kameranya dan semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

7.    DAFTAR PUSTAKA

1.    Darmawan, E. 2005. Teori dan Implementasi Perencanaan Kota. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang
2.    Lynch, Kevin. 1975. The Image of City. The. I.M.T Press. England
3.    Nasution, S. 2003. Metode Research-Penelitian Ilmiah. Bumi Angkasa. Jakarta
4.    Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Desaign Process. Van Nostrand Reinhold Company. New York
5.    www.earth-google.com , 2010

1 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.