Studi Kasus: Kegiatan
Wilayah Sekitar Jalan Depan STTN Hingga Sungai Belakang Bumi Perkemahan
Babarsari
Penulis : Theo Rifai / 100113451
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
ABSTRAK
The
development of an
area can encourage public response in the region due to theincreasing
needs of business
opportunities or communities that occupy the region. This occurred in the region around STTN. Along with the times and the demands of a stateencourages
communities to create a support facility in the region. An outline of its kind to be supporting facilities that provide space, services, and products are expected to meet daily needs.
It is interesting the author to make observations on the region to determine whether the place has supporting facilities that meet the needs. Moreover, the authors also find the formof activity that occurred in the territory of STTN particularly on elements supporting facilities.
Keywords: STTN, support public, Responsive of people, shape of support public, public needs.
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Laju
pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi perkembangan lingkungan suatu
kota. Pada umumnya perkembangan dan pertumbuhan suatu kota terjadi karena adanya
proses urbanisasi, yaitu masuknya penduduk dari luar kota kedalam lingkungan
kota serta jumlah
kelahiran yang begitu pesat. Terjadinya pertambahan jumlah penduduk
mempengaruhi proses pembangunan dan perkembangan aktivitas suatu wilayah
serta meningkatnya kebutuhan akan ruang/lahan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk
kota maka menuntut pula penyediaan kebutuhan hidup baik kebutuhan yang bersifat
fisik seperti perumahan, sarana dan prasarana, maupun bersifat non fisik
seperti pendidikan, ekonomi, dan rekreasi.
Perkembangan
suatu daerah tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan
dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan masa
yang akan datang (Lynch,1992:254). Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk
dan kemajuan teknologi, perkembangan kota juga berjalan sesuai dengan
kebutuhannya yang makin berkembang. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku penduduk masyarakat kota selaku pengguna lahan kawasan
perkotaan. Dengan demikian terjadi adanya perubahan bentuk keragaman kegiatan
penduduk serta pemanfaatan kawasan di lingkungan kawasan yang mereka diami.
Salah satu perkembangan yang dapat diamati adalah pesatnya perkembangan ekonomi
di daerah STTN yang dapat menimbulkan dampak yang begitu
luas di semua aspek.
Dampak
perkembangan ekonomi tersebut antara lain pertumbuhan jumlah fasililitas penunjang.
Tingkat pertumbuhan jumlah bangunan atau fasilitas dari tahun ke tahun
mengakibatkan peningkatan kebutuhan.
Menjamurnya pembangunan tempat-tempat komersial juga merupakan dampak
dari berkembangnya kehidupan ekonomi yang berlangsung di masyarakat. Bangunan
komersial seperti pusat pertokoan, toko serba ada (swalayan), ruko, dan
perkantoran biasanya diikuti oleh kehadiran sektor informal (pedagang kaki
lima). Aktivitas PKL sebagai aktivitas pendukung (activity support) suatu kawasan komersial merupakan salah satu
dari delapan elemen-elemen perancangan kota.
Wilayah STTN (sekolah Tinggi Teknologi Nasional) tidak luput
dari masalah kependudukan. Sebagai kawasan perkuliahan, arus urbanisasi di wilayah STTN
tergolong cukup tinggi. Pertambahan penduduk dan aktivitas masyarakat daerah tersebut tidak
didukung dengan ketersediaan lahan yang memadai di wilayah tersebut.
Jumlah penduduk yang lumayan padat mapir melampaui daya
dukung wilayah dalam menyediakan fasilitas yang layak bagi penduduknya
sehingga menuntut penyedian
fasilitas yang dapat memberikan pelayanan serta penyebaran fasilitas yang
merata dalam mendukung aktivfitas penduduk. Fasilitas tersebut tentu berada di
lingkungan permukiman yang mendukung aktivitasnya secara efektif dan efisien.
Berdasarkan
pengamatan daerah tersebut banyak dijadikan area
pemukiman warga pribumi dan pendatang serta pusat bisnis beberapa kegiatan
penunjang seperti wanet, burjo, laundry, dsb. Hal ini merupakan respon
dari masyarakat yang melihat peluang bisnis karena sebagai daerah perkuliahan wilayah STTN berfungsi menampung penduduk dari luar daerah yang bersifat tetap atau sementara dari pusat Kota Yogyakarta.perkembangan STTN yang cukup pesat mendorong masyarakat
berinisiatif membuat fasilitas yang bisa digunakan oleh masyarakat kawasan STTN
umumnya dan mahasiswa STTN pada khususnya.
Selain
itu secara geografis wilayah STTN adalah pintu masuk Bumi perkemahan dan beberapa perumahan babarsari dari arah selatan, sehingga keberadaannya
merupakan pintu gerbang bagi beberapa area publik dan
residensial dan
efek yang timbul akibat pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan persebaran
fasilitas wilayah, cenderung mengindikasikan
adanya pemusatan aktivitas di beberapa kawasan, sehingga tingkat kelengkapan
fasilitas hanya terdapat pada kawasan
tertentu saja. Untuk kelengkapan jumlah fasilitas
penunjang dapat dilihat di tabel berikut.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan
secara umum, keberadaan fasilitas utama wilayah di STTN
masih memusat di sekitar areal kampus. Semakin keluar wilayah
atau semakin dekat ke perbatasan, ketersediaan fasilitas semakin berkurang.
Sementara itu, kebutuhan terhadap fasilitas penunjang yang belum terlayani
dengan baik berdampak pada perkembangan wilayah STTN tersendiri.
Pemusatan fasilitas sangat mempengaruhi tingkat pelayanan terhadap suatu
kawasan kerena daerah yang memiliki
fasilitas lengkap dapat melayani kebutuhan penduduknya dengan baik tetepi
sebaliknya kawasan yang memiliki fasilitas yang kurang lengkap tidak dapat
melayani kebutuhan penduduknya dengan baik sehingga penduduk yang ada pada
daerah tersebut harus mencari keluar daerah yang memiliki tingkat fasilitas
sangat lengkap demi memenuhi kebutuhan akan fasilitas yang diperlukan.
Berdasarkan permasalahan tersebut muncul permasalahan
yang menarik diantaranya:
1. Apakah fasilitas penunjang di STTN mampu mencukupi kebutuhan dari semua
yang ada di wilayah tersebut?
2. Seberapa besar kemampuan wilayah dalam mencukupi kebutuhan?
3. Apa bentuk dan pergerakan dari fasilitas penunjang di wilayah tesebut?
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Tujuan dari
penyusunan laporan ini adalah untuk melakukan Identifikasi kebutuhan dan kenyamanan dari fasilitas penunjang
Permukiman di wilayah STTN berdasarkan proyeksi penduduk dan analisis
Kesesuain lahan.
1.3.2. Sasaran
Sasaran yang
dilakukan untuk mencapai tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah:
·
Analisis
kebutuhan dan lokasi fasilitas penunjang di wilayah STTN
·
Memberikan
arahan kebutuhan dan lokasi fasilitas penunjang
permukiman STTN.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup wilayah
studi meliputi seluruh wilayah yang terletak di wilayah STTN
dengan batas-batas administratif sebagai berikut:
·
Sebelah Utara : Sungai
·
Sebelah Timur : Pemukiman Penduduk
·
Sebelah Selatan : Jalan Babarsari
·
Sebelah Barat : Kebun
Peta Fasilitas Penunjang
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Elemen Rancangan Kota
Perencanaan suatu perkotaan
tidak dapat berdiri sendiri. Bagaimana merancangnya harus memperhatikan
elemen-elemen rancang kota yang lainnya agar tercipta keharmonisan sistem
rancangkota (urban design). Bersama ini dikemukakan elemen rancang kota secara
singkat, guna menyegarkan kembali materi perancangan kota dan kawasan secara
umum. Urban design berkepentingan dengan
proses perwujudan ruang kota yang berkualitas tinggi dilihat dari kemampuan
ruang tersebut di dalam membentuk pola hidup masyarakat urban yang sehat. Untuk
itu maka unsur-unsur arsitektur kota yang berpengaruh terhadap (proses)
pembentukan ruang yang dimaksud harus diarahkan serta dikendalikan
perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.
Unsur-unsur di atas, biasa juga dikenal dengan istilah elemen rancang
kota. Shirvani (1985),mengklasifikasikan
elemen urban design dalam delapan
kategori, salah satunya adalah Pendukung Kegiatan (Activity Support). Pendukung
kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung
ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang
memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan
kegiatan-kegiatannya. Penciptaan kegiatan pendukung aktifitas tidak hanya
menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga harus mempertimbangkan
fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan
aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat perkantoran, perpustakaan
dan sebagainya.
2.2. Teori Aktivitas Pendukung
2.2.1 Definisi Aktivitas
Penunjang
Kota merupakan suatu
ruang atau wadah yang di dalamnya terkait dengan manusia dan
kehidupannya. Kota akan terus berkembang dan seiring dengan perkembangan pada suatu
kawasan akan menarik tumbuhnya aktivitas-aktivitas yang mendukung perkembangan
kawasan tersebut yaitu elemen aktivitas pendukung. Menurut Shirvani (1985)
aktivitas pendukung termasuk di dalamnya semua fungsi dan kegiatan yang
memperkuat ruang-ruang publik kota, antara aktivitas dan ruang
fisik selalu saling melengkapi. Bentuk, lokasi, dan karakter suatu tempat
spesifik akan menarik munculnya fungsi,
penggunaan ruang dan aktivitas yang spesifik pula. Sebaliknya suatu kegiatan
cenderung memperhatikan lokasi yang layak dan baik untuk mendukung kegiatan itu
sendiri. Dalam hubungannya dengan perancangan
kota, aktivitas pendukung ini berarti suatu elemen kota
yang mendukung dua atau lebih pusat kegiatan umum yang berada di kawasan
pusat kota yang mempunyai konsentrasi pelayanan yang cukup besar.
Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan
jalan pedestrian atau plaza tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan
penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas. Karakteristik
suatu ruang publik akan terbentuk karena adanya aktivitas-aktivitas yang tumbuh
dan berkembang sehingga memperkuat
image ruang publik tersebut Lynch (1969).
2.2.2 Fungsi Aktivitas
Penunjang
Menurut Shirvani
aktivitas pada sebuah kota akan muncul pada area-area publik seperti square dan
jalan. Jalan yang merupakan penghubung antar bagian dalam sebuah kota memiliki
potensi untuk munculnya fungsi dan aktivitas lain. Aktivitas komersil tersebut
menjadi generator yang dapat menghidupkan ruang publik. Adapun fungsi utama aktivitas
pendukung adalah menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum dan
menggerakkan fungsi kegiatan utama kota menjadi lebih hidup,
menerus, dan ramai (Wilkipedia, 2002). Tujuannya adalah
untuk menciptakan kehidupan kota yang sempurna / lebih baik yang dengan mudah
mengakomodasikan kebutuhan atau barang keperluan sehari-hari kepada masyarakat
kota, disamping memberikan pengalaman-pengalaman yang memperkaya pemakai (urban
experience) dan memberikan
peluang bagi tumbuh berkembangnya budaya urban melalui lingkungan binaan yang
baik dan bersifat mendidik.
2.2.3 Bentuk Aktivitas
Penunjang
Bentuk aktivitas pendukung yaitu :
Ruang
terbuka, bentuk fisiknya dapat berupa taman rekreasi, taman kota, plaza-plaza,taman
budaya, kawasan pedagang kaki lima, jalur pedestrian, kumpulan pedagang makanan
kecil, penjual barang-barang seni / antik atau merupakan kelompok hiburan tradisional/lokal.
Bangunan
diperuntukkan bagi kepentingan umum/ruang tertutup adalah kelompok pertokoan
eceran (grosir), pusat pemerintahan, pusat jasa dan kantor, department store,
perpustakaan umum, dsb.
3. METODE
PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian
mengacu pada jenis penelitian dengan maksud untuk mengetahui bentuk dasar aktivitas pendukung di kawasan STTN,
maka metodologi yang digunakan adalah metode pengumpulan
data, pengamatan
atau observasi, dan metode survei yang terdiri dari pertanyaan
wawancara atau pertanyaan lisan terhadap pengguna atau
penghuni Wilayah STTN dan dokumentasi.
Secara etimologis
kata observasi berarti mengamati dengan teliti (Pusat Bahasa,
Depdiknas, 2001:794). Sedangkan secara terminologis observasi adalah suatu
usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis (Arikunto,
2002:225). Objek yang diobservasi adalah data visual yang dapat diamati secara
langsung. Dalam penelitian ini objek visualnya adalah sirkulasi/ pergerakan di
kawasan tersebut.
Data observasi ini
merupakan bagian yang terpenting dalam penelitian ini karena penelitian ini
memfokuskan pada pengamatan objek-objek visual sirkulasi di kawasan STTN sebagai
data utama. Untuk memperoleh data kepadatan sirkulasi, penulis menggunakan check list untuk menghitung jumlah dan jenis
kendaraan yang lewat di bagian penggal jalan kawasan penelitian pada jam-jam
tertentu.
Dasar pemilihan waktu
dan pengamatan lapangan dalam proses penelitian ini dipertimbangkan bisa
mewakili keadaan yang terjadi
di kawasan yang diharapkan memperlihatkan perubahan signifikan atas
dinamika aktivitas dan kapasitas pengguna yang maksimal. Katagorisasi hari
yaitu hari biasa atau hari kerja dan hari libur. Sedangkan waktu
pengamatan dibagi menjadi:
Hari Senin Hari Kerja Jam 09.00 1 kali pengamatan
Hari Rabu Hari Kerja Jam 13.00 1 kali pengamatan
Hari Minggu Hari Libur Jam 10.00 1 kali pengamatan
Dipilihnya hari
tersebut karena adanya perubahan aktivitas dan untuk mewakili rentang waktu
dari pagi hingga malam hari, supaya dapat diketahui perubahan volume sirkulasi.
Wawancara adalah
suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi
(Nasution, 2003:113). Dalam penelitian ini data-data wawancara merupakan data
sekunder yang berupa pendapat pengelola parkir, petugas parkir dan sebagian
pengguna jalan tentang kesulitan dalam kelancaran sirkulasi dan kendala dan kenyamanan
dalam menemukan tempat parkir.
3.2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian
ini digunakan untuk memfokuskan dan mempermudah jalannya penelitian yang akan
dilakukan. Rancangan penelitian ini mencakup beberapa tahapan dan
langkah-langkah penelitian yang dipersiapkan,
yaitu:
a.
Tahap
Persiapan Penelitian.Tahap ini terdiri dari :
1.
Melakukan
survei awal pada obyek penelitian
2.
Pengamatan
dan identifikasi obyek penelitian
3.
Persiapan
alat dan instrumen penelitian
4.
Melakukan
wawancara kepada beberapa responden yang menggunakan atau penyedia
fasilitas penunjang seperti pedagang kaki lima, pengguna jalan, penduduk
sekitar yang dilakukan secara acak untuk melengkapi data yang ada di lapangan
b.
Tahap
Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang
dilakukan meliputi :
1.
Survei
atau pengamatan ke obyek penelitian, dengan pemetaan guna lahan untuk
memperoleh validitas data di lapangan
2.
Menganalisa
data dengan kajian pustaka dan teori seperti teori
Shirvani yang
telah disusun
3.
Penyusunan
pembahasan dari analisa yang ada
c.
Tahap
Pemrosesan:
Karena metode
penelitian menggunakan penelitian yang
didasarkan pada cara berpikir rasional yang lebih bersifat eksplorasi (bukan
pembuktian) dengan menggunakan teori sebagai alat bantu untuk menganalisa, maka
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1.
Mengidentifikasi
data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dideskripsikan
2.
Melakukan
pembahasan data dan analisa yang disesuaikan dengan kajian teori
3.
Menarik
kesimpulan dan memberikan rekomendasi jika ternyata ada yang dibutuhkan
4.
Penyusunan
laporan penelitian
Persiapan Penelitian
|
Survey Awal Lokasi
|
Pengamatan Lokasi
|
Persiapan Alat
|
Pengumpulan data
|
Pelaksanaan Penelitian
|
Pemetaan Wilayah
|
Analisa Data
|
Penyusunan Data
|
Pemprosesan Data
|
Identifikasi Data
|
Pembahasan Data
|
Penarikan Kesimpulan
|
Penyusunan
|
Bagan Metode Penelitian
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah berada pada koridor Jalan depan STTN Babarsari hingga Sungai Belakang
Buper Babarsari.
Kemudian dibagi menjadi 2 segmen yaitu :
Segmen
I : Sebelah barat jalan
Segmen
II : Sebelah timur jalan.
4. HASIL DAN
ANALISA
Seperti halnya dalam penyedian
fasilitas pendukung permukiman di wilayah STTN yang belum terlayani
dengan baik karena kapasitas pelayanan fasilitas yang tersedia tidak sesuai
dengan beban pelayanan yang semakin bertambah serta lokasi yang tidak sesuai
dengan fungsi pada kawasannya.
Kelengkapan fasilitas
sebanyak 21
dengan 95 rumah dan perumahan dan kost-kosan 140 buah
tetapi dengan
kelengkapan fasilitas tersebut belum dapat melayani
penduduknya secara keseluruhan berdasarkan jumlah masing-masing fasilitas,
sehingga masih membutuhkan penambahan pada masing-masing fasilitas sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah penduduknya. Hal ini merupakan respon
dari masyarakat atas perkembangan wilayah tersebut.
Setengah dari responden mengatakan membuat usaha seperti warnet, laundry,
kost-kosan berdasarkan perkembangan wilayah tersebut tanpa perencanaan demi
memenuhi tuntutan kebutuhan. Hal ini tentu saja mengubah fungsi utama suatu
bangunan atau tempat menjadi fungsi lain
Gambar 1
Perletakan fasilitas penunjang yang memakai area pejalan kaki menjadi tempat berjualan
wilayah bagian dalam yang Wilayah Sekitar
jaraknya cukup jauh dari STTN
sekitarnya.
Bentuk dasar dari Wilayah Jalan STTN adalah koridor, yang
merupakan ruang pergerakan
linear, sebagai sarana untuk sirkulasi. Karakteristiknya ditentukan oleh
bangunan yang melingkupinya dan aktifitas yang ada pada koridor tersebut. Koridor
sebagai ruang pergerakan, memiliki 2 pengaruh langsung pada kualitas
lingkungan, yaitu kelangsungan
aktivitas komersial dan kualitas visual yang kuat terhadap struktur dan bentuk
fisik kota. Elemen sirkulasi urban design merupakan peralatan yang bermanfaat
dalam menyusun lingkungan kota karena dapat membentuk, mengarahkan, dan
mengontrol pola aktifitas dan pengembangan suatu kota (Shirvani, 1985).
5. KESIMPULAN
Berdasarkan observasi dan
pengkajian yang menggunakan dasar milik Shirvani menunjukan bahwa:
·
Wilayah STTN tentang
fasilitas penunjang belum memadahi seluruh kebutuhan lingkungan.
·
Penyedian fasilitas
penunjang merupakan respon dari masyarakat atas perkembangan daerah atau
wilayah STTN.
·
Bentuk dari tata wilayah
STTN adalah memusat pada area kampus STTN dan pada area perbatasan yang jauh
dari akses utama masih kurang
Saran:
Dengan adanya studi ini diharapkan
dapat memberikan manfaat dalam mengetahui jumlah kebutuhan dan lokasi fasilitas
penunjang permukiman di wilayah STTN. Pada saat ini dan
masa yang akan datang mengingat keterbatasan lahan dan tuntutan mobilitas
penduduk perkotaan yang semakin dinamis maka pemerintah daerah
dapat memprediksi kebutuhan fasilitas penunjang permukiman serta mengeluarkan
kebijakan-kebijakan antisipatif mengenai pembangunan kota, kependudukan dan
masalah perumahan dan permukiman serta penyedian fasilitas pendukung di
dalamnya.
6. UCAPAN
TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan
kepada Allah atas rahmatnya penulisan ini dapat terselesaikan. Penulis juga
tidak lupa atas ucapan terima kasihnya kepada beberapa pihak kepada Kak Ano dan
anak-anak Planologi STTN atas informasinya mengenai Public Support, PKL dan
pemilik usaha yang sudah bersedia dimintai informasi, teman-teman kelas B PKID
atas pinjaman kameranya dan semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
7. DAFTAR
PUSTAKA
1. Darmawan, E. 2005. Teori dan
Implementasi Perencanaan Kota. Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Semarang
2. Lynch, Kevin. 1975. The Image of
City. The. I.M.T Press. England
3. Nasution, S. 2003. Metode
Research-Penelitian Ilmiah. Bumi Angkasa. Jakarta
4. Shirvani, Hamid. 1985. The Urban
Desaign Process. Van Nostrand Reinhold Company. New York
1 komentar:
Posting Komentar