Translate

Rabu, 11 Juli 2012

KELEMBAPAN TERHADAP JAMUR Studi kasus: Menentukan Material Yang Baru Untuk Rumah Jamur / Kumbung Jamur


KELEMBAPAN TERHADAP JAMUR
Studi kasus: Menentukan Material Yang Baru Untuk Rumah Jamur / Kumbung Jamur

Penulis :
Leni Oktavia/                                     090113302
Theo Rifai/                                         100113451
Gregorius Sebastian D. A. /              100113490
Ariez Gunawan /                               100113483
Zenita Agustina /                               100113551

Prodi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
 



ABSTRAK

Di era perkembangan teknologi di temukan banyak material baru dalam bidang pertanian seperti budidaya jamur tiram. Kumbung Jamur merupakan elemen penting dalam budidaya jamur tiram. Pemelihan material dalam pembuatan kumbung jamur sangat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur. Keselahan dalam memilih material dapat berakibat pertumbuhan jamur yang terganggu hingga kegagalan panen jamur. Jamur sendiri berkaitan erat dengan kelembapan udara yang dipengaruhi pemilihan bahan.

Keywords: kelembapan; jamur tiram; material, kumbung jamur


PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim .Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur merang (Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur kuping  (Auricularia polytricha), jamur payung (Lentinus edodes),dan jamur kancing (Agaricus Sp).
Jamur sendiri di Indonesia banyak ragamnya diantaranya jamur merang. Jamur merang merupakan jamur yang cukup disenangi oleh masayarakat Indonesia. Harga yang relatif murah dan banyak permintaan membuat jamur tiram sangat menjanjikan bagi petani.
Banyak hal yang mempengaruhi pertumbuahan jamur seperti Penyiapan bangunan untuk mendukung proses hidup jamur,.suhu ruangan, kelembaban dalam ruangan , intensitas cahaya dalam ruangan dan lain-lain, Kelembapan Sangat besar pengaruhnya tehadap pertumbuhan tanaman jamur, sebab bila suhu dan kelembapan tidak tercapai seperti pada syarat tumbuh maka log akan mengering dan pertumbuhan jamur akan terhambat atau bahkan tidak akan tumbuh.
Pengaturan suhu 20-25°C dan kelembapan minimal 85% dengan cara penyiraman pada lantai dan dinding juga atap minimal 2 kali sehari disesuaikan dengan cuaca dan iklim.
Menjaga kebersihan kumbung untuk mencegah hama dan penyakit.
Sedangkan Suhu udara di Indonesia pada umumnya tinggi yaitu antara 24 – 34oC, dan kelembaban udara juga tinggi yaitu antara 60 - 90%. Faktor-faktor inilah yang menyebapkan daerah di Indonesia menjadi tempat ideal tumbuhan berbagai macam spesies diantaranya jamur. Di Indonesia banyak sekali spesies jamur tumbuh subur dikarenakan kelembapan yang cukup tinggi.
            Untuk mendapatkan hasil tanaman jamur yang terbaik di indonesia dengan suhu dan kelembaban yang tinggi, maka di perlukan disain rumah jamur yang mampu menahan kelembaban dan suhu dalam ruangan. Dengan cara penggunaan material efektif dan lebih efisien tetapi tetap mampu menahan kelembaban dan suhu dalam ruangan rumah jamur.

b.      Tujuan
                 Mengidentifikasi material yang lain dari  sisa limbah sebagai pengganti material  namun tetap mampu menahan kelemabapan dan suhu yang cocok di dalam rumah jamur (kumbung jamur).

c.       Ruang Lingkup Penulisan
Penulisan ini membahas material yang efektif dan efisien  dari hasil limbah yang di gunakan sebagai material pembuatan rumah jamur .
Alasan  memilih tema ini karena ingin memberi informasi bagi peminat budidaya tanaman jamur, bahwa pembuatan rumah jamur itu bisa efesien dan efektif dengan pemanfaatan hasil limbah yang ada sebagai penganti material pada bangunan

d.      Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari sumber-sumber bacaan berupa jurnal, majalah, buku, artikel ilmiah di internet, komunikasi pribadi dan sumber-sumber lain yang relevan dengan topik yang dibahas. Pada tahap ini data, fakta dan informasi dicari dan diidentifikasi.Jenis data, fakta atau informasi yang dikumpulkan terutama berupa data, fakta atau informasi primer yang berasal dari jurnal ilmiah, komikasi pribadi dan focus group discussion (FGD).



KAJIAN TEORI

a.        Jamur tiram
Jamur tiram termasuk "tanaman" heterotropik yang hidupnya bergantung pada lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram dipengaruhi oleh beberapa  faktor lingkungan,  faktor-faktor  tersebut  antara  lain Temperatur kelembaban,  intensitas  cahaya,  pH  baglog  dan  sirkulasi  udara  (Martawijaya, 2010). Temperatur merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan jamur tiram. Menurut istuti & Nurbana (2006), Temperatur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan  miselium adalah 20 °C – 30 °C. Temperatur untuk pembentukan tubuh buah (fruttingbody) berkisar antara 22 °C - 26 °C.

Tingkat  keasaman  (pH)  media  juga  sangat  berpengaruh  terhadap pertumbuhan jamur tiram. Nilai pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan miselium jamur akan terhambat, bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri (Gunawan, 2000). Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada kondisi pH substrat media tanam jamur tiram berkisar 5,5 - 6,5. Sedangkan tubuh buah jamur tumbuh optimal pada pH media tanam  (substrat) berkisar antara 6,8 – 7,0 . (Djarijah et. al., 2001).

 Miselium jamur tumbuh optimal dalam keadaan gelap, sedangkan tubuh buah jamur tumbuh optimal  pada lingkungan yang agak terang. Cahaya matahari dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah (tangkai dan tudung). Tangkai jamur tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal jika saat pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyinaran lebih dari 40 lux. Cahaya matahari yang menembus tubuh buah akan merusak dan menyebabkan kelayuan. Jamur tiranm yang tumbuh pada tempat  yang banyak  menerima penyinaran  matahari akan memiliki tudung yang relatif kecil (Djarijah et. al., 2001). cahaya matahari yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sangat sedikit berkisar antara 50-300 lux (Susilawati & Raharjo, 2010). 

Air dibutuhkan untuk transportasi partikel kimia antar sel yang menjamin pertumbuhan  dan  perkembangan  miselium  sekaligus  menghasilkan  spora.  Pertumbuhan  miselium  dan  spora  ini  membutuhkan  kelembaban  udara  yang optimal (Djarijah et. al., 2001). Pertumbuhan optimal  miselium membutuhkan kelembaban  udara antara 65%  -  70%, tetapi  untuk  merangsang pertumbuhan tunas dibutuhkan kelembaban udara yang lebih tinggi, sekitar 80% - 90%. Tunas dan tubuh buah jamur tiram yang tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang  rendah  (<80%)  akan  mengalami  gangguan  absorpsi  nutrisi  sehingga menyebabkan  kekeringan  dan  gangguan  pertumbuhan  atau  pun  kematian. Kelembaban yang terlalu tinggi (di atas 90%) dapat mengakibatkan jamur cepat membusuk (Istuti & Nurbana, 2006).

 Oksigen  merupakan  senyawa  yang  sangat  penting  bagi  pertumbuhan dalam pembentukan tubuh buah jamur. Namun, oksigen berlebihan juga dapat menyebabkan tubuh buah jamur tiram cepat  menjadi layu (Istuti  & Nurbana, 2006). Pada saat pertumbuhan miselia, dibutuhkan konsentrasi karbondioksida yang  lebih  tinggi,  yaitu  15%  -  20%  dari  volume  udara  lingkungan.  Untuk pertumbuhan  tubuh  buah  jamur  dibutuhkan  oksigen  yang  lebih  banyak (Martawaijaya, 2010). jamur tiram yang hidup pada tempat yang mengandung cukup  tinggi  memiliki  tubuh  buah  abnormal  yang  biasanya direpresentasikan dengan tudung tumbuh relatif kecil (Djarijah et. al., 2001). Selain  itu,  sirkulasi  udara  juga  berfungsi  untuk  menaikkan  temperatur  dan menurunkan kelembaban miniatur (Susilawati & Raharjo, 2010).

b.        Kumbung Jamur
   Kumbung  adalah  rumah  khusus  dibangun  untuk  digunakan  sebagai tempat membudidayakan jamur konsumsi dan berfungsi melindungi media tanam jamur (baglog) dari air hujan dan sinar matahari  langsung serta kemungkinan masukanya  kontaminan  spora  jamur  lain  yang  tidak  diharapkan.  Dengan menggunkan bahan dan konstruksi tertentu, kondisi di dalam kumbung jamur dapat diatur sehingga bisa menyerupai keadaan asli di lingkungan tumbuh jamur. 


                                  
            Rangka kumbung bisa dibuat dari bahan besi, kayu, atau bahkan untuk penghematan bisa memanfaatkan batangan bambu yang harganya  lebih murah. Dinding dan atapnya dapat terbuat dari lembaran plastik atau bahan-bahan lain yang mudah didapat disekitaran rumah, seperti anyaman daun nipah, daun tebu atau jerami yang berfungsi menahan air hujan dan panas matahari. Bentuk atap kumbung  bisa  dibuat  melengkung  atau  seperti  atap  rumah  pada  umumnya
(Parjino & Andoko, 2007)
   Dalam  budidaya  jamur  tiram,  pengkondisian  udara  sangat  penting, terutama  dalam  kumbung  jamur.  Menurut  W.F.  Stoecker  dan  JW  Jones; pengkondisian  udara adalah proses perlakuan terhadap  udara  untuk  mengatur temperatur, kelembaban, kebersihan dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai  kondisi  nyaman  yang  dibutuhkan  oleh  penghuni  yang  berada didalamnya. Menurut Arismunandar dan Hezo Saito; penyegaran udara adalah proses mendinginkan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang  sesuai  dengan  yang dipersyaratkan  terhadap  kondisi  udara  dari  suatu ruangan tertentu. Selain itu untuk mengatur aliran udara dan kebersihannya. Sebuah sistem pengkondisian  udara pada dasarnya dapat  menyediakan untuk sistem pemanasan, pendinginan atau kedua duanya  yang sering disebut  dengan  istilah  heating  system  dan  cooling  system.  Heating  system  adalah perlengkapan-perlengkapan dan bahan-bahan yang digunakan untuk menyediakan panas  yang diperlukan.Cooling system adalah perlengkapan-perlengkapan dan bahan-bahan yang digunakan untuk menghilangkan panas yang diperlukan.

PEMBAHASAN

Pada pembuatan rumah jamur kita juga dapat menggunakan bahan yang alami dan merupakan bahan sisa/limbah. Pada pembahasan ini kami akan memilih dan memilah bahan-bahan yang akan digunakan sebagai rumah jamur.

Material pada dinding
Penggunaan plastik dan bilik bambu sebagai bahan kumbung jamur pembuat dinding  sudah populer dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan saat ini, namun dari bahan-bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri yaitu tidak ramah lingkungan untuk penggunaan plastik dan mudah hilangnya kelembapan yang dibutuhkan ketika menggunakan bilik bambu yang cukup besar dalam produktivitas jamur.


Dalam penelitian yang dilakukan Dedy Sumaryanto, Bappeda Kab. Rejang Lebong Prop. Bengkulu, Jl. S. Sukowati No. 52 Curup dalam penelitian batako dari sekam padi komposit mortar semen bahwa bahan-bahan tersebut mampu menjaga kelembapan di dalam dari pengaruh lingkungan luar seperti perubahan suhu dan kelembapan eksternal.Dari data-data tersebut dapat dimpulkan bahwa penggunaan material pengganti plastik dan bilik bambu dengan batako dari sekam padi lebih efektif karena dapat digunakan dalam waktu jangka panjang dan lebih tahan untuk menjaga kelembapan ruang dari pengaruh luar.

Material pada lantai
Sabut kelapa merupakan salah satu bahan media yang mudah didapat, mempunyai daya simpan air sangat baik serta mengandung unsur hara antara lain N 1% dan K 2%.Sabut kelapa dapat mempertahankan kelembaban karena mampu menyimpan air 6 sampai 8 kali dari beratnya(Ketaren dan Djatmiko 1981).

Suatu uraian dari Badan Pengembangan Perkelapaan India yang dimuat dalam “Cocoinfo International” mengutarakan sejumlah keunggulan sifat tekstil lantai sabut kelapa untuk kegunaan sebagai pelindung, penguat, dan memperbaiki serta menstabilkan tanah. Juga untuk mendukung pertumbuhan tanaman di atas tanah. Sabut kelapa secara alami tahan terhadap pembusukan, pelapukan dan lembab serta tidak membutuhkan perlakuan kimia.
Keunggulan dari bahan tersebut dapat mengunci kelembapan yang berlebihan dari tanah atau lantai bahan ini dapat sekaligus menjadi media tanam yang baik bagi budi daya jamur. Langkah-langkah penggunaan media lantai sabut kelapa:
1.      Letakkan media ini menjadi lantai yang berhungan langsung dengan lantai atau papan rak.
2.      Menambahkan lapisan sekam kayu setelah media sabut.
3.      Meletakkan bibit jamur.


KESIMPULAN SARAN
Kesimpulan:
Dari data-data yang di peroleh dapat disimpulkan bahwa selain material yang sudah biasa di pakai seperti dari bahan besi, kayu atau bilik bambu ada bahan yang lain yang lebih efektif dalam budidaya jamur. Material dinding yang terbuat dari batako sekam padi dan lantai dari sabut kelapa mampu menjaga kelembapan udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur.

Saran:
Untuk para petani tidak terpaku dengan material pembuata kumbung jamur yang konvensional karena perkembangan terknologi banyak di temukan material baru yang dapat menjadi alternatif lain dan nilai tambah dalam bidang teknologi bahan.




DAFTAR PUSTAKA

1.      Parlindungan, A. K. 2000. Pengaruh konsentrasi urea dan TSP di dalam air rendaman baglog alang- alang terhadap pertumbuhan dan produksi jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dosen UNRI.Pekanbaru, September 2000.
4.      Ganjar, Budidaya jamur tiram, 28 Agustus 2008. Diakses 15 Juni 2010 dari Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. www.bbpp-lembang.deptan.ga.id
5.      Budiawan, Fandi., Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Pada Miniatur Kumbung Untuk Meningkatkan Produktifitas Jamur Tiram, Yogyakarta. Di akses 18 Maret 2012.
6.      Wancik, Ahmad, Batako Styrofoam Komposit Mortar Semen, Yogyakarta Diakses 18 Maret 2012.
7.      P. Martin, spatial homogenety of ait in a mushroom tunnel: single vs. Boot duct air distribution systems. Diakses tanggal 16 maret 2012.

Tidak ada komentar: