KELEMBAPAN TERHADAP JAMUR
Studi kasus: Menentukan Material Yang Baru Untuk
Rumah Jamur / Kumbung Jamur
Penulis :
Leni Oktavia/ 090113302
Theo Rifai/ 100113451
Gregorius Sebastian D. A. / 100113490
Ariez Gunawan / 100113483
Zenita Agustina / 100113551
Prodi
Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
ABSTRAK
Di era perkembangan teknologi di temukan banyak material baru
dalam bidang pertanian seperti budidaya jamur tiram. Kumbung Jamur merupakan
elemen penting dalam budidaya jamur tiram. Pemelihan material dalam pembuatan
kumbung jamur sangat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur. Keselahan dalam
memilih material dapat berakibat pertumbuhan jamur yang terganggu hingga
kegagalan panen jamur. Jamur sendiri berkaitan erat dengan kelembapan udara
yang dipengaruhi pemilihan bahan.
Keywords: kelembapan;
jamur tiram; material, kumbung jamur
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang
tidak mengenal musim .Jenis-jenis
jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur merang (Volvariella
volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur
kuping (Auricularia
polytricha), jamur payung (Lentinus
edodes),dan jamur kancing (Agaricus Sp).
Jamur
sendiri di Indonesia banyak ragamnya diantaranya jamur merang. Jamur merang
merupakan jamur yang cukup disenangi oleh masayarakat Indonesia. Harga yang
relatif murah dan banyak permintaan membuat jamur tiram sangat menjanjikan bagi
petani.
Banyak hal yang mempengaruhi pertumbuahan jamur
seperti Penyiapan
bangunan untuk mendukung proses hidup jamur,.suhu ruangan,
kelembaban dalam ruangan , intensitas cahaya dalam ruangan dan lain-lain, Kelembapan Sangat besar pengaruhnya tehadap
pertumbuhan tanaman jamur,
sebab bila suhu dan kelembapan tidak tercapai seperti pada syarat tumbuh maka
log akan mengering dan pertumbuhan jamur akan terhambat atau bahkan tidak akan
tumbuh.
Pengaturan
suhu 20-25°C dan kelembapan minimal 85% dengan cara penyiraman pada lantai dan
dinding juga atap minimal 2 kali sehari disesuaikan dengan cuaca dan iklim.
Menjaga kebersihan kumbung untuk mencegah hama dan penyakit.
Menjaga kebersihan kumbung untuk mencegah hama dan penyakit.
Sedangkan Suhu udara di Indonesia pada umumnya tinggi yaitu antara 24 –
34oC, dan kelembaban udara juga tinggi yaitu antara 60 - 90%. Faktor-faktor
inilah yang menyebapkan daerah di Indonesia menjadi tempat ideal tumbuhan
berbagai macam spesies diantaranya jamur. Di Indonesia banyak sekali spesies
jamur tumbuh subur dikarenakan kelembapan yang cukup tinggi.
Untuk mendapatkan hasil
tanaman jamur yang terbaik di indonesia dengan suhu dan kelembaban yang tinggi,
maka di perlukan disain rumah jamur yang mampu menahan kelembaban dan suhu
dalam ruangan. Dengan cara penggunaan material efektif dan lebih efisien tetapi
tetap mampu menahan kelembaban dan suhu dalam ruangan rumah jamur.
b.
Tujuan
Mengidentifikasi
material yang lain dari sisa limbah
sebagai pengganti material namun tetap
mampu menahan kelemabapan dan suhu yang cocok di dalam rumah jamur (kumbung
jamur).
c.
Ruang Lingkup Penulisan
Penulisan ini membahas material yang efektif dan
efisien dari hasil limbah yang di
gunakan sebagai material pembuatan rumah jamur .
Alasan memilih tema ini karena ingin
memberi informasi bagi peminat budidaya tanaman jamur, bahwa pembuatan rumah
jamur itu bisa efesien dan efektif dengan pemanfaatan hasil limbah yang ada
sebagai penganti material pada bangunan
d. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari sumber-sumber bacaan berupa jurnal, majalah, buku,
artikel ilmiah di internet, komunikasi pribadi dan sumber-sumber lain yang
relevan dengan topik yang dibahas. Pada tahap ini data, fakta dan informasi
dicari dan diidentifikasi.Jenis
data, fakta atau informasi yang dikumpulkan terutama berupa data, fakta atau
informasi primer yang berasal dari jurnal ilmiah, komikasi pribadi dan focus
group discussion (FGD).
KAJIAN TEORI
a.
Jamur tiram
Jamur tiram termasuk
"tanaman" heterotropik yang hidupnya bergantung pada lingkungan.
Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, faktor-faktor
tersebut antara lain Temperatur kelembaban, intensitas
cahaya, pH baglog
dan sirkulasi udara
(Martawijaya, 2010). Temperatur merupakan faktor yang sangat penting
untuk pertumbuhan jamur tiram. Menurut istuti & Nurbana (2006), Temperatur
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
miselium adalah 20 °C – 30 °C. Temperatur untuk pembentukan tubuh buah
(fruttingbody) berkisar antara 22 °C - 26 °C.
Tingkat keasaman
(pH) media juga sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan
jamur tiram. Nilai pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mengakibatkan
pertumbuhan miselium jamur akan terhambat, bahkan mungkin akan tumbuh jamur
lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri (Gunawan, 2000).
Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada kondisi pH substrat media tanam jamur
tiram berkisar 5,5 - 6,5. Sedangkan tubuh buah jamur tumbuh optimal pada pH
media tanam (substrat) berkisar antara
6,8 – 7,0 . (Djarijah et. al., 2001).
Miselium jamur tumbuh optimal dalam keadaan
gelap, sedangkan tubuh buah jamur tumbuh optimal pada lingkungan yang agak terang. Cahaya
matahari dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah (tangkai dan
tudung). Tangkai jamur tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal jika saat
pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyinaran lebih dari 40 lux. Cahaya
matahari yang menembus tubuh buah akan merusak dan menyebabkan kelayuan. Jamur
tiranm yang tumbuh pada tempat yang
banyak menerima penyinaran matahari akan memiliki tudung yang relatif
kecil (Djarijah et. al., 2001). cahaya matahari yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tubuh buah jamur sangat sedikit berkisar antara 50-300 lux (Susilawati
& Raharjo, 2010).
Air dibutuhkan untuk transportasi
partikel kimia antar sel yang menjamin pertumbuhan dan
perkembangan miselium sekaligus
menghasilkan spora. Pertumbuhan
miselium dan spora
ini membutuhkan kelembaban
udara yang optimal (Djarijah et.
al., 2001). Pertumbuhan optimal miselium
membutuhkan kelembaban udara antara
65% -
70%, tetapi untuk merangsang pertumbuhan tunas dibutuhkan
kelembaban udara yang lebih tinggi, sekitar 80% - 90%. Tunas dan tubuh buah
jamur tiram yang tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang rendah
(<80%) akan mengalami
gangguan absorpsi nutrisi
sehingga menyebabkan kekeringan dan
gangguan pertumbuhan atau
pun kematian. Kelembaban yang
terlalu tinggi (di atas 90%) dapat mengakibatkan jamur cepat membusuk (Istuti
& Nurbana, 2006).
Oksigen
merupakan senyawa yang
sangat penting bagi
pertumbuhan dalam pembentukan tubuh buah jamur. Namun, oksigen
berlebihan juga dapat menyebabkan tubuh buah jamur tiram cepat menjadi layu (Istuti & Nurbana, 2006). Pada saat pertumbuhan
miselia, dibutuhkan konsentrasi karbondioksida yang lebih
tinggi, yaitu 15% - 20%
dari volume udara
lingkungan. Untuk pertumbuhan tubuh
buah jamur dibutuhkan
oksigen yang lebih
banyak (Martawaijaya, 2010). jamur tiram yang hidup pada tempat yang
mengandung cukup tinggi memiliki
tubuh buah abnormal
yang biasanya direpresentasikan
dengan tudung tumbuh relatif kecil (Djarijah et. al., 2001). Selain itu,
sirkulasi udara juga
berfungsi untuk menaikkan
temperatur dan menurunkan
kelembaban miniatur (Susilawati & Raharjo, 2010).
b.
Kumbung
Jamur
Kumbung adalah
rumah khusus dibangun
untuk digunakan sebagai tempat membudidayakan jamur konsumsi
dan berfungsi melindungi media tanam jamur (baglog) dari air hujan dan sinar
matahari langsung serta kemungkinan
masukanya kontaminan spora
jamur lain yang
tidak diharapkan. Dengan menggunkan bahan dan konstruksi tertentu,
kondisi di dalam kumbung jamur dapat diatur sehingga bisa menyerupai keadaan
asli di lingkungan tumbuh jamur.
Rangka kumbung bisa dibuat
dari bahan besi, kayu, atau bahkan untuk penghematan bisa memanfaatkan batangan
bambu yang harganya lebih murah. Dinding
dan atapnya dapat terbuat dari lembaran plastik atau bahan-bahan lain yang
mudah didapat disekitaran rumah, seperti anyaman daun nipah, daun tebu atau
jerami yang berfungsi menahan air hujan dan panas matahari. Bentuk atap kumbung bisa dibuat melengkung
atau seperti atap
rumah pada umumnya
(Parjino
& Andoko, 2007)
Dalam budidaya
jamur tiram, pengkondisian
udara sangat penting, terutama dalam
kumbung jamur. Menurut
W.F. Stoecker dan JW Jones; pengkondisian udara adalah proses perlakuan terhadap udara
untuk mengatur temperatur,
kelembaban, kebersihan dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi
nyaman yang dibutuhkan
oleh penghuni yang
berada didalamnya. Menurut Arismunandar dan Hezo Saito; penyegaran udara
adalah proses mendinginkan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan
kelembaban yang sesuai dengan
yang dipersyaratkan terhadap kondisi
udara dari suatu ruangan tertentu. Selain itu untuk
mengatur aliran udara dan kebersihannya. Sebuah sistem pengkondisian udara pada dasarnya dapat menyediakan untuk sistem pemanasan,
pendinginan atau kedua duanya yang
sering disebut dengan istilah
heating system dan
cooling system. Heating
system adalah
perlengkapan-perlengkapan dan bahan-bahan yang digunakan untuk menyediakan
panas yang diperlukan.Cooling system
adalah perlengkapan-perlengkapan dan bahan-bahan yang digunakan untuk
menghilangkan panas yang diperlukan.
PEMBAHASAN
Pada pembuatan rumah jamur kita juga dapat menggunakan bahan yang alami dan
merupakan bahan sisa/limbah. Pada pembahasan ini kami akan memilih dan memilah
bahan-bahan yang akan digunakan sebagai rumah jamur.
Material pada dinding
Penggunaan plastik dan bilik bambu sebagai bahan kumbung jamur pembuat
dinding sudah populer dan menjadi
pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan saat ini, namun dari
bahan-bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri yaitu tidak ramah
lingkungan untuk penggunaan plastik dan mudah hilangnya kelembapan yang
dibutuhkan ketika menggunakan bilik bambu yang cukup besar dalam produktivitas
jamur.
Dalam penelitian yang dilakukan Dedy Sumaryanto, Bappeda Kab. Rejang Lebong
Prop. Bengkulu, Jl. S. Sukowati No. 52 Curup dalam penelitian batako dari sekam
padi komposit mortar semen bahwa bahan-bahan tersebut mampu menjaga kelembapan
di dalam dari pengaruh lingkungan luar seperti perubahan suhu dan kelembapan
eksternal.Dari data-data tersebut dapat dimpulkan bahwa penggunaan material
pengganti plastik dan bilik bambu dengan batako dari sekam padi lebih efektif
karena dapat digunakan dalam waktu jangka panjang dan lebih tahan untuk menjaga
kelembapan ruang dari pengaruh luar.
Material pada lantai
Sabut kelapa merupakan
salah satu bahan media yang mudah didapat, mempunyai daya simpan air sangat baik serta
mengandung unsur hara antara lain N 1% dan K 2%.Sabut kelapa dapat mempertahankan kelembaban
karena mampu menyimpan air 6 sampai 8 kali dari beratnya(Ketaren dan Djatmiko
1981).
Suatu
uraian dari Badan Pengembangan Perkelapaan India yang dimuat dalam “Cocoinfo
International” mengutarakan sejumlah keunggulan sifat tekstil lantai sabut kelapa untuk kegunaan sebagai pelindung,
penguat, dan memperbaiki serta menstabilkan tanah. Juga untuk mendukung
pertumbuhan tanaman di atas tanah. Sabut kelapa secara alami tahan terhadap
pembusukan, pelapukan dan lembab serta tidak membutuhkan perlakuan kimia.
Keunggulan dari bahan tersebut dapat mengunci
kelembapan yang berlebihan dari tanah atau lantai bahan ini dapat sekaligus
menjadi media tanam yang baik bagi budi daya jamur. Langkah-langkah penggunaan
media lantai sabut kelapa:
1. Letakkan media ini menjadi lantai yang berhungan
langsung dengan lantai atau papan rak.
2. Menambahkan lapisan sekam kayu setelah media sabut.
3. Meletakkan bibit jamur.
KESIMPULAN SARAN
Kesimpulan:
Dari data-data yang di peroleh
dapat disimpulkan bahwa selain material yang sudah biasa di pakai seperti dari
bahan besi, kayu atau bilik bambu ada bahan yang lain yang lebih efektif dalam
budidaya jamur. Material dinding yang terbuat dari batako sekam padi dan lantai
dari sabut kelapa mampu menjaga kelembapan udara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan jamur.
Saran:
Untuk para petani tidak terpaku
dengan material pembuata kumbung jamur yang konvensional karena perkembangan
terknologi banyak di temukan material baru yang dapat menjadi alternatif lain
dan nilai tambah dalam bidang teknologi bahan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Parlindungan, A. K. 2000. Pengaruh konsentrasi
urea dan TSP di dalam air rendaman baglog alang- alang terhadap pertumbuhan dan
produksi jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus). Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Dosen UNRI.Pekanbaru, September 2000.
4.
Ganjar, Budidaya jamur tiram, 28 Agustus
2008. Diakses 15 Juni 2010 dari Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. www.bbpp-lembang.deptan.ga.id
5.
Budiawan, Fandi., Pengaturan Suhu Dan
Kelembaban Pada Miniatur Kumbung Untuk Meningkatkan Produktifitas Jamur Tiram, Yogyakarta.
Di akses 18 Maret 2012.
6.
Wancik, Ahmad, Batako Styrofoam Komposit
Mortar Semen, Yogyakarta Diakses 18 Maret 2012.
7.
P. Martin, spatial homogenety of ait in
a mushroom tunnel: single vs. Boot duct air distribution systems. Diakses
tanggal 16 maret 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar