Antusiasme mahasiswa arsitektur UAJY dalam pengisian KRS sangat luar biasa. Hal tersebut terbukti sebelum dibukanya sesi pengisian KRS para mahasiswa sudah mengantiri di depan ruang entri data dengan membawa ’buku kuning’ dan beberapa draf penyusunan jadwal. Mereka sangat berharap kelas yang mereka pilih masih sisa dan tidak terkena pembatalan. Pada awal-awal antrian masih terlihat kondusif dan tertata dengan rapi. Mulai antrian ketiga ke atas kegaduhan mulai terjadi dikarenakan muncul kabar mengkagetkan seperti kelas dosen x tinggal 2 kursi hingga kabar dosen x sudah habis. Mereka segera panik mengubah plan a menuju plan b.
Semakin siang kepadatan di lantai dua kampus 2 Thomas Aquinas semakin bertambah. Seluruh kursi tunggu sudah berjubel hingga banyak mahasiswa yang duduk lesehan memenuhi selasar dengan perasaan harap-harap cemas menanti giliran. Perasaan GALAU KRS (baca postingan sebelumnya) masih menyelimuti mahasiswa terutama mahasiswa angkatan baru yang belum mengenal ’medan’ kuliah di UAJY. Dengan membawa ’buku kuning’ para mahasiswa saling mencocokkan jadwal satu sama lain supaya kelas mereka bisa bersamaan (atau selalu bersama?) Seperti yang terjadi pada dialog di bawah ini:
Mahasiswa x: kamu stars ambil siapa dosennya? Mahasiswa
y: aku ambil dosen a. Kamu?
Mahasiswa x: aku ambil dosen b... Yuk bareng aja biar kita bisa sama-sama lagi entar aku sendirian..
Mahasiswa y: trus kamu ambil sapa aja bla.... Bla.... Bla,,,, dan kegalauan terus terulang dan semakin parah jika terdengar dosen mereka pilih ternyata telah habis duluan karena belum sempat KRS-an. Banyak mahasiswa yang sudah melakukan bimbingan KRS dengan harapan mendapat pencerahan di semster baru kecewa karena dia harus membuat plan baru tanpa di dampingi dosen pembimbing dan lebih mendengar cerita kakak tingkat atau mahasiwa yang sudah pernah mengambil mata kuliah tersebut. Planning mereka terasa sia-sia ketika kuota kelas telah habis. Waktu yang mepet juga menambah kepanikan mahasiswa. Hal ini terjadi karena banyak mahasiswa tingkat atas yang mengambil mata kuliah di kelas bawah karena tidak mendapat kelas tahun lalu hingga mencari keberuntungan dengan mengulang mata kuliah kelas bawah dengan berharap mendapatkan hasil yang memuaskan.
Di sesi-sesi 20-an keadaan semakin tidak kondusif dan diperparah dengan errornya sistem KRS yang selama ini dipakai. ”aku dapet jatah 24 sks tapi pas aku entri makul kok di bilangnya penuh ya? Padahal aku baru ambil 15”, komentar salah satu mahasiswa arsitektur. Dan ada lagi keluhan terjadi seperti tidak cocoknya antara jadwal ’buku kuning’ dengan saat pengisian KRS. Di jadwal menyatakan bahwa tidak ada mata kuliah bentrok dan tiba-tiba tidak bisa mengambil karena jadwal UTS dan UAS bentrok.
Tentu saja hal-hal seperti ini sangat merugikan pihak mahasiswa. Banyak mahasiswa bermuka suram alias sedih, bingung, heran (gaulnya galau) keluar dari ruang entri data dan kembali mengantri berjam-jam dengan kepastian yang tidak jelas. Untuk mengantisipasi hal tersebut dari pihak kampus mengeluarkan kertas yang bertuliskan ”PENGAMBILAN KRS MANUAL” di meja yang dijadikan pembatas. Banyak mahasiswa yang bingung dengan kertas tersebut. Mereka berebutan tanpa mengetahui apa fungsi benda yang mereka ambil. Hal ini diperparah setelah mengambil kertas tersebut lalu diapakan dan diberikan ke siapa. Untuk stars 7 saja para mahasiswa belum mendapatkan kelas padahal KRS-an sudah ditutup dan diharuskan kembali di hari Kamis minggu ini. Semakin mendekati sesi-sesi penutupan kerumunan mahasiswa semakin mempadat hingga desak-desakan menunggu di depan meja antrian. Mereka mencoba menambah mata kuliah atau mengubuah mata kuliah. Banyak angkatan baru (2011) bingung akan mengambil mata kuliah apa untuk mengisi sisa kuota SKS. Mereka tidak bisa mengambil mata kuliah agama atau kewirausahaan karena jadwal mereka berbentrokan dengan makul utama atau sudah mengambil mata kuliah tersebut. Mereka akhirnya memilih mata kuliah yang tidak mereka ketahui hanya demi mengisi jatah.
Akhirnya mereka nekat mengambil mata kuliah piliahan, tata cahaya, hingga perancangan kota yang notabene-nya mereka belum mengambil mata kuliah dibawahnya sebagai landasan mata kuliah tersebut. Alhasil mereka mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan dan otomatis nilai mereka hancur. (semoga tidak terjadi). Hal ini pernah dialami oleh beberapa mahasiswa 2011 pada semster 2 telah mengambil mata kuliah tata cahaya dan mereka mengeluh karena tidak paham materi, tidak bisa pakai lumion (kalo tidak salah, software), dan sebagainya. mereka nekan mengambil mata kuliah tersebut karena bingung mau ambil mata kuliah apa dan nilai yang didapat adalah D. Mereka diharuskan megikuti remidi namun tidak diambil karena merasa percuma sebab pada dasarnya mereka TIDAK DONG dengan materi. Tentu saja hal ini dapat berpengaruh pada lama mereka menempuh kuliah di UAJY dan tidak sesuai dengan harapan dosen pembimbing untuk menuntun mahasiwa dapat lulus tepat waktu dan berkualitas. Jika dibandingkan dengan universitas lain sistem KRS seperti ini dinilai masih konservatif dan membuang-buang waktu untuk antri hanya untuk menunggu kepastian yang tidak jelas apakah mendapatkan kursi atau tidak. Sistem KRS online dirasa lebih nyaman ketimbang KRS di kampus. Sistem ini dirasa sangat membantu karena banyak mahasiswa yang posisinya masih di luar daerah, sakit, atau berhalangan ke kampus hingga tidak perlu membuat surat kuasa segala. Sangat disanyangkan untuk pengisian KRS secara online UAJY masih membuka hanya untuk remidial saja. Banyak mahasiswa merasa terbantu dengan sistem ini. Mereka tidak diharuskan berada di kampus dan dapat memanfaatkan waktu lebih lama untuk berada di luar kampus. Sistem ini dirasa cukup adil karena mahasiswa kloter terakhir dapat memilih dosen bukan mendapatkan kelas sisa. NB: guyonan klinik tongfang sangat membantu mencairkan suasana panik KRS hehe. Terima kasih klinik tongfang. ;-D
Mahasiswa x: kamu stars ambil siapa dosennya? Mahasiswa
y: aku ambil dosen a. Kamu?
Mahasiswa x: aku ambil dosen b... Yuk bareng aja biar kita bisa sama-sama lagi entar aku sendirian..
Mahasiswa y: trus kamu ambil sapa aja bla.... Bla.... Bla,,,, dan kegalauan terus terulang dan semakin parah jika terdengar dosen mereka pilih ternyata telah habis duluan karena belum sempat KRS-an. Banyak mahasiswa yang sudah melakukan bimbingan KRS dengan harapan mendapat pencerahan di semster baru kecewa karena dia harus membuat plan baru tanpa di dampingi dosen pembimbing dan lebih mendengar cerita kakak tingkat atau mahasiwa yang sudah pernah mengambil mata kuliah tersebut. Planning mereka terasa sia-sia ketika kuota kelas telah habis. Waktu yang mepet juga menambah kepanikan mahasiswa. Hal ini terjadi karena banyak mahasiswa tingkat atas yang mengambil mata kuliah di kelas bawah karena tidak mendapat kelas tahun lalu hingga mencari keberuntungan dengan mengulang mata kuliah kelas bawah dengan berharap mendapatkan hasil yang memuaskan.
Di sesi-sesi 20-an keadaan semakin tidak kondusif dan diperparah dengan errornya sistem KRS yang selama ini dipakai. ”aku dapet jatah 24 sks tapi pas aku entri makul kok di bilangnya penuh ya? Padahal aku baru ambil 15”, komentar salah satu mahasiswa arsitektur. Dan ada lagi keluhan terjadi seperti tidak cocoknya antara jadwal ’buku kuning’ dengan saat pengisian KRS. Di jadwal menyatakan bahwa tidak ada mata kuliah bentrok dan tiba-tiba tidak bisa mengambil karena jadwal UTS dan UAS bentrok.
Tentu saja hal-hal seperti ini sangat merugikan pihak mahasiswa. Banyak mahasiswa bermuka suram alias sedih, bingung, heran (gaulnya galau) keluar dari ruang entri data dan kembali mengantri berjam-jam dengan kepastian yang tidak jelas. Untuk mengantisipasi hal tersebut dari pihak kampus mengeluarkan kertas yang bertuliskan ”PENGAMBILAN KRS MANUAL” di meja yang dijadikan pembatas. Banyak mahasiswa yang bingung dengan kertas tersebut. Mereka berebutan tanpa mengetahui apa fungsi benda yang mereka ambil. Hal ini diperparah setelah mengambil kertas tersebut lalu diapakan dan diberikan ke siapa. Untuk stars 7 saja para mahasiswa belum mendapatkan kelas padahal KRS-an sudah ditutup dan diharuskan kembali di hari Kamis minggu ini. Semakin mendekati sesi-sesi penutupan kerumunan mahasiswa semakin mempadat hingga desak-desakan menunggu di depan meja antrian. Mereka mencoba menambah mata kuliah atau mengubuah mata kuliah. Banyak angkatan baru (2011) bingung akan mengambil mata kuliah apa untuk mengisi sisa kuota SKS. Mereka tidak bisa mengambil mata kuliah agama atau kewirausahaan karena jadwal mereka berbentrokan dengan makul utama atau sudah mengambil mata kuliah tersebut. Mereka akhirnya memilih mata kuliah yang tidak mereka ketahui hanya demi mengisi jatah.
Akhirnya mereka nekat mengambil mata kuliah piliahan, tata cahaya, hingga perancangan kota yang notabene-nya mereka belum mengambil mata kuliah dibawahnya sebagai landasan mata kuliah tersebut. Alhasil mereka mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan dan otomatis nilai mereka hancur. (semoga tidak terjadi). Hal ini pernah dialami oleh beberapa mahasiswa 2011 pada semster 2 telah mengambil mata kuliah tata cahaya dan mereka mengeluh karena tidak paham materi, tidak bisa pakai lumion (kalo tidak salah, software), dan sebagainya. mereka nekan mengambil mata kuliah tersebut karena bingung mau ambil mata kuliah apa dan nilai yang didapat adalah D. Mereka diharuskan megikuti remidi namun tidak diambil karena merasa percuma sebab pada dasarnya mereka TIDAK DONG dengan materi. Tentu saja hal ini dapat berpengaruh pada lama mereka menempuh kuliah di UAJY dan tidak sesuai dengan harapan dosen pembimbing untuk menuntun mahasiwa dapat lulus tepat waktu dan berkualitas. Jika dibandingkan dengan universitas lain sistem KRS seperti ini dinilai masih konservatif dan membuang-buang waktu untuk antri hanya untuk menunggu kepastian yang tidak jelas apakah mendapatkan kursi atau tidak. Sistem KRS online dirasa lebih nyaman ketimbang KRS di kampus. Sistem ini dirasa sangat membantu karena banyak mahasiswa yang posisinya masih di luar daerah, sakit, atau berhalangan ke kampus hingga tidak perlu membuat surat kuasa segala. Sangat disanyangkan untuk pengisian KRS secara online UAJY masih membuka hanya untuk remidial saja. Banyak mahasiswa merasa terbantu dengan sistem ini. Mereka tidak diharuskan berada di kampus dan dapat memanfaatkan waktu lebih lama untuk berada di luar kampus. Sistem ini dirasa cukup adil karena mahasiswa kloter terakhir dapat memilih dosen bukan mendapatkan kelas sisa. NB: guyonan klinik tongfang sangat membantu mencairkan suasana panik KRS hehe. Terima kasih klinik tongfang. ;-D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar